Sabtu, 17 Maret 2012

Cerita untuk Membuka Hati



Menilai Inspiratif

Bermakna Tidaknya Sebuah Cerita Tergantung Siapa Yang Baca, Mungkin Bagi Saya Bermakna, Bagi Dia Biasa Saja. Dan Bagi Mereka Seperti Sampah!

Adakalanya sebuah cerita sungguh bermakna, bukan dengan hanya dengan membacanya. Tapi saat - saat di penuhi ketenangan kita merenungkannya. Inilah sedikit kisah yang muncul dikepala saat minum kopi dikala senja .

# TENTANG BERSYUKUR

Seorang tukang becak dengan tubuh yang masih lelah langsung menemui istrinya , “Bu, ini pendapatan ayah hari ini. Lumayanlah. Memang cuma agak sepi! “

Sang istri langsung menghitungnya setoran suaminya, “Pak, kok cuma segini?! Mana cukup untuk keperluan besok! ” Dengan muka cemberut sang istri meninggalkan suaminya yang masih kelelahan, dan hany mengurut dada.

Pernah saya mengalami kecelakaan motor saat di bonceng teman, akibatnya bibir saya pecah dan harus di jahit. Tapi setiap kali saya ceritakan saya masih bisa berkata, “Untung cuma bibirnya yang pecah, bukan kepala! “

# TENTANG MEMBERI

Ada teman yang punya teman lagi. Nah temannya ini masih sekolah SMP Kelas dua waktu itu. Setiap hari kalau ke sekolah ia selalu membawa apa yang ia bisa bawa. Kue dan uang jajan selalu ia sisihkan untuk di berikan kepada pengemis di jalanan. Karena panggilan hatinya melihat para pengemis yang menyedihkan. Semua ia lakukan walau harus mengurangi jatah makan dan uang jalannya.

# TENTANG MEMAKLUMI

Seorang bapak entah karena mengantuk dalam suasana jalan yang macet, tanpa sengaja menabrak motor yang di depannya. Merasa bersalah ia cepat-cepat meminta maaf. Tapi yang di tabrak tak terima. Mencak-mencak dan memaki-maki. Padahal motornya tak ada kerusakan apa-apa. Bapak itu cuma bisa mengurut dada yang tidak apa-apa. Karena banyak yang melihat, akhirnya yang ditabrak pergi sambil marah-marah.

Pernah pembantu di rumah mencuci baju kurang bersih, istri saya pun sedikit marah dan saya hanya bisa bilang, ” Ya, sudahkah, kalau memang kelihatan masih kotor kan bisa di cuci lagi. Beres, kan?!”

# TENTANG BICARA

Sahabatku tiba-tiba diam seribu bahasa dan selalu menghindar bila bertemu saya. Saya sampai bertanya-tanya ada apa ini? Apakah sudah sombong, pikir saya. Akhirnya saya selidik sana-sini. Kemudian teman memberitahukan, “Kamu telah menyakiti hatinya. Kamu kan pernah meledek dia. Dia marah dan tak bisa terima! ” “Oh. . . Begitu, meledek yang mana ya ? Coba saya pikir! Ehmm, saya ingat. Pasti yang itu! Padahal cuma bercanda lho. . . ” kata saya sembari geleng-geleng. Tapi teman itu mengingatkan, “Tapi ia tersinggung! ” “Kalau begitu, saya harus minta maaf padanya, ” saya menyesalinya.

# TENTANG MELIHAT SISI BAIK

Seorang teman berkata blak-blakan pada kawannya, “Saya heran, kenapa kamu yang ganteng begitu dapat istrinya jelek, mana hidungnya pesek! “
Tanpa rasa tersinggung teman ini menjawab, “Oh, ya! Saya baru tahu lho hidungnya pesek, soalnya yang selalu kulihat adalah bibirnya yang seksi selama ini! “

Seorang ibu marah kepada anaknya, “Kamu kok jelek sekali nilai matematikanya. Contoh abangmu, nilainya bagus.” Padahal dalam menggambar anak itu juara satu. Dan masih ada kelebihan lainnya.

# TENTANG MENGALAH

Suatu waktu, saat melewati sebuah gang yang sempit , aku menghentikan langkah untuk memberikan kesempatan kepada seorang ibu-ibu untuk lewati dulu dengan memiringkan badan . Untuk itu saya mendapat sebuah senyuman, yang saya rasakan lebih indah daripada miliknya Monalisa.

Pernah juga suatu ketika naik busway yang penuh sesak. Melihat saya menggendong si kecil yang sedang tertidur, ia langsung bangkit untuk memberikan tempat duduknya. Saat saya bilang tak usah. Dia menjawab, kalau dia turunnya dekat. Tapi saya lihat sepanjang jalan ia tidak turun-turun juga. Ternyata turunnya berbarengan dengan saya!

# INDAHNYA PERBEDAAN

Saat melayat orang tua teman yang beragama Buddha meninggal di rumah duka, saya sedikit kaget juga. Kenapa? Karena saya keluarganya banyak juga yang muslim _ tahunya karena pakai kerudung!” Kemudian ia bercerita, kalau keluarganya adalah keluarga yang penuh perbedaan. Kakaknya dan pamannya ada yang muslim, adiknya nasrani, dia sendiri Buddha, dan istrinya muslim. Tidak ada masalah, justru komplit jadinya. Lebih sering bisa bersilaturami. Lebaran kumpul. Natal kumpul. Imlek kumpul. Tahun baru masehi kumpul. Bukankah indah? “Ya, Selama kita tidak pernah mempermasalahkan perbedaan yang ada! ” Kata teman itu.

# TENTANG KESABARAN

Karena terburu-buru saat mandi tidak membawa handuk, setelah selesai mandi baru sadar. Akhirnya saya teriak -teriak, “Dede. . , tolong cepatan ambil handuk papi. Cepat!”

Dan segera si kecil muncul membawa handuknya tapi ada wejangannya, “Papiii…kalau jadi orang itu yang sabar ya. Ini handuknya!” Mendadak saya jadi bengong dan mati kutu.

# TENTANG BERTERIMAKASIH

Dulu saya diajarkan kalau makan itu jangan dihabiskan, katanya disisakan untuk makhluk yang tidak kelihatan. Kalau ke rumah orang, jangan dihabiskan karena nanti dikira kelaparan. Tapi sekarang saya diajarkan, kalau makan harus dihabiskan. Itu wujud sebagai rasa terimakasih, kepada Tuhan, para petani dan juga yang memasakan. Memang benar juga!

Setiap saya memberikan sesuatu ke anakku, kalau reaksinya cuma diam, saya akan bertanya kepadanya, “Kenapa dede cuma diam! ” Kalau sudah ditanya begitu, ia akan bilang, “Terimakasih papi, papi baik! “

# TENTANG MENCINTAI

Ketika muda punya pacar orang Medan, suatu ketika ia menulis surat yang isinya menginginkan hubungan kami cukup sudah sampai disini karena ia akan kembali ke pacar lamanya . Walau dengan hati yang berat, saya hargai kejujurannya tanpa harus sakit hati. Karena itulah artinya cinta yang tak harus memiliki.

# TENTANG BERKORBAN DAN MENGASIHI

Saya mengenal banyak sahabat yang hidup dalam pelayanan. Yang rela meninggalkan keluarga dan pekerjaan, bahkan negaranya demi pelayanan untuk kebaikan umat manusia. Suatu saat ada yang berkata, “Banyak yang salah paham dan menyalahkan mengatakan kami kejam, karena meninggalkan anak-anak dirumah. Tapi mereka tidak mengerti, kami relakan kasih yang kecil ini untuk melakukan kasih yang lebih besar. Kalau di rumah, mungkin kami hanya bisa mengasihi anak kami dua orang. Namun dengan kami keluar melakukan pelayanan ini, tak terbayangkan berapa banyak anak yang bisa kami kasihi. Seperti juga yang dilakukan Bunda Teressa di Kalkuta, India. Dalam diam aku penuh keharuan. Kasih sejati, sungguh indah !

# TENTANG TANPA PAMRIH

Waktu dulu tinggal di Serang saya mengenal seorang pengurus yayasan. Ia mengatakan pada saya kalau ada yang benar-benar membutuhkan bantuan boleh hubungi dia. Selama ini ia sudah sering salurkan bantuan-bantuan langsung tunai. Saya tanya donaturnya siapa? Saya tak mendapat jawaban, karena orangnya sudah pesan tak perlu kasih tahu siapa-siapa!

# TENTANG HARAPAN

Yang namannya hidup pasti ada kalahnya mengalami kesusahan. Namun dalam keadaan susah yang bagaimanapun, aku selalu berkata pada diriku, “Kamu boleh hidup susah, tak punya apa-apa. Tapi kamu masih punya harapan, selagi ada kemauan!” Jadi hidup dalam pencobaan yang seberat apapun telah aku lalui dengan selalu menggantungkan harapan akan hari esok yang lebih baik.

# TENTANG IMPIAN

Seorang kawan lagi yang waktu kecilnya hidup dalam kesusahan. Saat menonton tv yang menampilkan acara tentang tembok Cina, ia hanya bergumam, suatu saat aku akan kesana. Ibunya berkata, “Nak, jangan bermimpi, kita ini orang susah. Kamu besarnya paling seperti bapakmu jadi petani!” “Mak, aku tidak bermimpi, tapi itu impianku. Kita pasti bisa!”

Saat besar, ia bukan hanya bisa ke tembok Cina. Tapi bisa keliling dunia. Itulah sebuah kekuatan impian.

# TENTANG KESOPANAN

Entah apes atau beruntung suatu hari setelah mengambil sesuatu dari kulkas, tanpa sadar saya menutup pintunya dengan menggunakan kaki. Dan itu terlihat oleh si kecil. Langsung ia berkata lantang, “Papi, yang sopan dong! Kalau tutup pintu pakai kaki itu tidak sopan namanya!”
Kata-kata yang sederhana tapi sungguh mengena di hati saya.

# TENTANG HATI YANG MEMAAFKAN

Adakalanya si kecil suka nakal dan saya terlalu keras mengajarinya. Kadang ia akan menangis dan ngambek . Biasanya setelah selesai memarahinya kadang saya diliputi kesedihan yang sangat. Setelah itu saya peluk dia, “Maafkan papi ya, marah-marah sama dede!”
Dengan lucunya ia akan berkata, ” Ya, udah…. dede maafin. Tapi kan itu buat kebaikan dede juga!”

Namun dilain waktu kalau si kecil nakalnya sudah terlalu, saya akan bilang sama dia, “Lihat mata papi!” _ karena merasa salah dia takkan berani memandangi saya.
Kemudian saya lanjutkan, “Dede tahu kenapa papi marah? “
Setelah mendengar saya bicara begitu, pasti dia akan menjulurkan tangan dan berkata, “Ya, udah. . . Maafin dede. Dede salah, nanti gak nakal lagi!”
Dan diakhiri sebuah pelukan.

Tanpa terasa kopi di gelas habis sudah. . . Waktu berlalu begitu cepat. Inilah sedekit cerita yang teringat. Mungkin begitu sederhana dan tak mengundang selera. Tapi bagi saya sungguh bermakna.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis