Jumat, 24 Februari 2012

MERENUNG


Sering dalam kehidupan sehari hari kita mendengar atau malah kita yang mengatakan coba pikirkan. Bagaimana sih kira kira jika seseorang mengatakan hal tersebut kepada kita ? Atau bagaimana menurut kita yang harus dilakukan orang ketika kita mengatakan coba pikirkan.
Sepertinya jika ada orang yang mengatakan hal tersebut yang memang mengharuskan untuk melaksanakan ucapan atau kata kata orang tersebut, kita tidak akan bisa tanpa menyediakan waktu khusus.

Umpama kita dipanggil bos, ditegor karena ada yang tidak sesuai di mata bos kita dengan pekerjaan kita. Sedangkan menurut kita, pekerjaan yang kita lakukan sudah tepat. Mungkin pada saat bos kita menegur, kita memberi argumen kita juga, mungkin akan sedikit mendongkol dalam hati kita. Dan pastinya seorang bos yang bijaksana akan memberi kesempatan untuk memikirkan kembali tentang apa yang kita kerjakan.
Atau seumpama kita seperti dihadapkan pada pilihan, kita ditawarkan sebuah pekerjaan baru pada sebuah kantor, dengan fasilitas yang lebih oke. Sedangkan di tempat kita bekerja juga kita sangat dibutuhkan. Pasti kita akan tidak tenang dan terus berpikir. Mungkin jika kita mengatakan kepada atasan kita, atasan tersebut juga akan mengatakan coba pikirkan dan pertimbangkan.
Demikian juga hal hal lain dalam kehidupan sehari hari, baik hal hal kecil maupun hal hal besar. Mungkin semakin besar hal tersebut akan semakin banyak waktu yang kita butuhkan untuk memikirkannya.
Berpikir untuk terkadang kita membutuhkan semacam konsentrasi khusus. Setelah bos atau atasan kita mengatakan pikirkan, pertimbangkan pasti kita akan semakin berpikir dan mempertimbangkan hal hal tersebut. Mungkin di jalan sepulang kantor, sambil mengemudi kita akan terus berpikir. Sampai dirumah, disambut dengan hangat oleh istri tercinta, anak yang sedang riang bermain mengajak ikut main. Mungkin kita akan seperti stress jadinya. Mungkin kita akan menjadi seperti marah, atau diam saja. Yang pasti menjadi sedikit tanda tanya bagi istri yang sudah pasti mungkin memahami suaminya. Yang pasti mungkin akan bertanya ada apa mas ? Ada masalah dikantor ? Mungkin kita akan langsung bercerita, atau mungkin kita membutuhkan waktu untuk menceritakan dengan istri kita. Sang istri mungkin ketika suami tidak langsung menceritakan ada yang bijaksana malah menawarkan hal hal yang menepis dahulu untuk dipikirkan tersebut, seperti menceritakan kesehariannya bersama si kecil yang menjadi terhibur suaminya tersebut. Atau ada juga yang istri malah menjadi marah dengan sikap suami yang hanya diam ketika ditanya, yah jadi ribut deh. Menjadi perang mulut, selanjutnya perang piring, krompyangg :d. mungkin akan menjadi sangat panjang dan tak akan ada habisnya jika menulis dan membahas kemungkinan2 tersebut. Tapi bukankah hidup itu adalah kemungkinan kemungkinan ? Whatever,…
Yang jelas, sepertinya suami diatas, atau orang diatas, atau mungkin juga orang orang yang dibenturkan terhadap seperti pilihan2 dalam hidupnya, yang menurut saya apapun yang dipilihnya nantipun sebenarnya adalah memang takdir dia sendiri yang sudah tertulis (silahkan baca tentang Qadha dan Qadar) memerlukan sebuah ketenangan untuk memikirkannya dengan kata lain mungkin merenung, merenungkannya.
Merenung sepertinya lebih nyaman jika dilakukan dalam suasana sunyi, dalam artian tidak harus pergi kemana gituloh. Mungkin ketika anak dan istri sudah pada tidur, ke ruang tamu, sambil ngerokok, ngopi, mikirrrr aja, baik buruk hal yang akan kita jalani atau hadapi, jangan lupa selalu memohon petunjuk kepadaNYA. Paling baik mungkin memohon sambil bersimpuh dan bersujud kepadaNYA. Kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi, apa yang akan kita hadapi ke depan, tiada yang tahu, siapapun. Tetapi, jika kita memohon dengan tulus kepada yang menciptakan kita, Insya Allah DIA memberi petunjuk kepada kita akan Takdir berikutnya yang akan kita hadapi. I believe that, really believe.
Jika kita mencoba sedikit melihat kepada kisah Nabi dan Rasul terakhir kita, yang sebenarnya semua yang dilakukan dalam hidup nabi tersebut merupakan contoh yang patut kita tauladani, mungkin kita akan merasakan tentang kebenaran hal tersebut. Bukankah beliau meninggalkan semua kehidupan dunianya untung merenung di dalam sebuah gua ? Sebelum beliau menerima wahyu pertamaNYA ?
Merenung sebuah kata yang teramat umum dan sering kita dengar, tetapi mungkin sering terlupakan. yang mungkin bisa jadi sangat bermanfaat buat diri kita untuk mendapatkan ketenangan jiwa dalam menghadapi perjalanan yang penuh dengan ketidak pastian akan kemungkinan2 ini. Yang mungkin akan menjadi jernih dan menjadi yakin terhadap yang selama ini kita saksikan, rasakan dan lakukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

ShareThis